gambar

gambar
saya

Senin, 29 Oktober 2012

Sebuah jawaban



                “KENAPA HARUS AKU!” teriak histeris ku memecahkan kesunyian malam itu, tak dapat ku tahan tangis dan amarah ku. Aku teriak sekuat tenaga agar dunia tau akan kemarahan ku. Sampai aku lelah menanggis, terduduk lemas. tak berdaya lagi tubuhku tuk hilangkan kemarahan ku. Sekilas ku lihat ibu menanggis sambil menatap ku, tatapannya penuh dengan kepedihan.  Beliau memeluk ku dalam diam, aku merasakan kehangatan dalam pelukannya meski beliau bukan ibu kandungku. Tapi beliau begitu menyanyagi ku lebih dari ibu kandung ku sendiri. Tak lama setelah adegan tangis menangis itu ada seseorng yang mengetuk pintu rumah kami, aq hendak berdiri ketika ibu memberi tanda dia yang akan membuka pintu. Tak lama terdengar teriakan ibu memanggil aq “RURI!” aku menyahut degan egan”iya bu”. “ada temenmu ni, nak” sahut ibu dri sana “iya bu, tunggu sebentar” jawabku sambil beranjak menuju pintu. Aku kaget ketika melihat siapa yang datang “ARYA!” seru ku “hai!” jawabnya sambil mengaruk2  kepalanya.
“ayo masuk!”
“ngak usah dech, disini aja”
“ada apa malam2 gini kerumah, pentingkah?”
“ngak sich, Cuma pengen ngobrol aja. Bersediakah kamu menemani aku untuk ngobrol”
tanpa sadar aq tertawa begitu keras sampai aku harus mendekap mulut ku demi kesopanan, aq melihat sepertinya dia menjadi salah tingkah. Cepat-cepat aq mengendalikan diri
“kamu tuch lucu dch, yaa boleh lh. Trus cara kamu bicara mu itu benar-benar lucu. Di drmatisir banget.” Aku melanjutkan tawaku
“hahahhah iya juga yaa, ngak sadar aku. Habis cara bicaramu juga begitu” dia ikut tertawa bersama ku
“oke-oke sebelum kita gila karena banyak tertawa, gimana kalau kita ke taman belakang aja”
“eiits, kamu aja yang  gila. Aku mah ogah hahaha” dia masih saja tertawa
“udah ah, ya entar kesambet loch ketawa mulu ihhh” aku bergidik ngeri
“kamu ini ada2 aja dch, ngak lah” dia menhentikan tawanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
“yee siapa tau aja mba-mba hantunya suka sama kamu makannya dia masuk ke tubuh kamu “ aku mulai tertawa lagi
“ ih jangan- jangan kamu nie yang ke masukan setan” kini giliran arya yg bergidik ngeri
“hah” aku melotot dan memukul arya pelan, arya mencoba menghindar degan cara berlari. Aku mengejarnya dengan sedikit kesusahan karena arya punya kecepatan yg lebih tinggi di banding aku.
                akhirnya kami kecapean dan memilih duduk di ayunan yg dekat degan kolam renang sambil terus tertawa “ruri” panggil arya padaku, “iya” jawab ku sambil mengatur nafasku perlahan “aku sudah dengar apa yang terajdi”. Aku diam sesaat seperti ada yang menusuk hatiku dengan pisau tepat di ulu hatiku, rasanya nyeri sekalie. Lama aku diam membuat arya khawatir “are u okey?” tanya arya dengan nada kekhawatiran yang sangat terlihat “What I don’t look good” jawabku datar entah mengapa rasanya sperti di hujam oleh ribuan pecahan kaca yang menyakitkan “yeaa, kamu terlihat tak baik” jawab arya penuh perhatian “benarkah?” aq menjawab sambil tersenyum gentir lalu aq duduk di ayunan, aq memberi tanda arya untuk duduk, arya beranjak untuk duduk. Sekilas aku mencium wangi parfumnya yang membuat hatiku berdebar begitu kerasnya. Dan tanpa sengaja mata kami saling bertemu, aku merasa pipi q merah karenanya “ya tuhan begitu indah mata itu dapatkah aku memilikinya walau Cuma untuk sesaat” ucapku dalam hatiku. “aku juga baru tau tadi sore, bagaimana kamu tau lebih cepat dari pada aku” kataku keheranan “ ibu ku yang mengatakannya, aku sempat shock saat mendengar itu, makannya aq datang kesini untuk melihat keadaan kamu.” Ada jeda beberapa menit sebelum dia melanjutkannya “ dan aku senang msih bisa melihatmu tersenyum”  aku menatapanya saat dia selesai mengatakan itu wajahnya penuh kesedihan yang tak terisyaratkan.
“arya”
“iya”
“apa aku terlihat menyedihkan”
“mengapa kau mengatakan itu ? kamu sama sekali tidak terlihat menyedihkan”
aku tersenyum tipis
“mungkin bagi mu tidak begitu tapi bagaimana dengan yang lainnya, aq hanya seorang diri di dunia ini arya. Ibu kandung ku pergi meningalkanku karena dia mengngagap aq hanya akan membawa masalah untuknya. Ayahku, aku sama sekali tidak tahu seperti apa dia. Aq hanya punya ayah dan ibu angkat. Selama ini aku hanya menyusahkan mereka. Terkadang aq bertanya pada tuhan untuk apa aku dilahirkan bila hanya akan menjadi masalah bagi orng lain aku masih ingat kata2 ibu kandung ku ketika dia akan meningalkan aku seorang diri ‘kau hanya hadir untuk menyusahkan orang lain, termasuk menyusahkan hidupku’ pada saat itu menanggis pun q tak sanggup karena menahan dingin. Aku bahkan tak sanggup bicara. Apa sebegitu tak inginnya dia akan hidupku” ku tahan air mata ini sekuat yang ku mampu, aku takut hanya akan menimbulkan tanggis yang lebih banyak lagi. Setelah ku tarik nafas dalam2 ku lanjutkan ceritaku
“aq ditinggalkan ibu ku pada saat berumur 3tahun, kamu tau apa rasanya di tinggal sendirian di pinggir jalan tanpa seorang pun yang kau kenal. Aku hanya berjalan dan berjalan, bahakan aq tak merengek atau berteriak memanggil ibuku. Yang ku tau saat itu hanya ingin pergi sejauh mungkin. Berhari-hari aku melakukan perjalanan tanpa memikirkan perut ku yang kosong dan tubuh ku yang kumal karena tak pernah mandi. Aku hanya menatapa kedepan tanpa menoloh kebelakang. Karena aku takut bila melihat kebelakang hanya akan mengingatkan ku pada ibu ku. Hingga aq jatuh pingsan dan di selamatkan oleh ibu angkat ku. Aq bersyukur bertemu dengannya, dia orng yang amat baik, dia mengasuh ku dengan penuh kasih sayang.” Akhirnya air mataku jatuh, aq mencoba menghapus air mata ku. Tapi ada yg lebih cepat dari tangan ku, tangan arya lebih dulu menyentuh pipiku, dan dengan perlahan menghapusnya. Aku tersenyum, kali ini dengan tulus
“apa kau selalu bertanya seperti itu pada tuhan. Apa tuhan menjawab pertanyaanmu itu?”tanya arya sambil terus menatap aku dengan lekat.
“iya, mungkin di setiap doa ku hanya itu yang ingin ku tanyakan pada tuhan. Dan tuhan tak pernah menjawab itu; pdahal aku sangat ingin jawaban atas pertanyaan ku itu”
“lalu apa yang kau harapkan atas jawaban tuhan” tanya arya sambil membelai rambutku
“aq ingin jawaban untuk apa dan bagaimana aku harus hidup dalam penderitaan leukimia ini, aku hanya ingin tuhan memberikan aku jalan dalam hidupku yang penuh derai air mata ini” jawab ku penuh keyakinan
“apa kau mau sebuah jawaban “ tanya arya meyakinkan
aku mengganguk mantap
“kalau begitu besok kau harus ikut aq ke suatu tempat”
aku mengangguk mengiyakan
                ketika pagi datang, tiba2 tubuhku menggigil. Aku berusaha bangkit dari temapat tidur, tapi kepala ku terasa begitu berat. Aq berusaha berjalan ke arah kamar mandi, aq berjalan dengan bantuan apa saja di sekitarku. Saat aku akan menyentuh pegangan kursi yang akan ku jadikan tumpuan untuk berjalan, tangan ku tak sanggup untuk meraihnya. Dan aku jatuh tersungkur di lantai dan menimbulkan suara yang begitu berisik sehingga ibu berlari ke atas dengan tergopoh2, dia masuk ke kamar ku tanpa mengetuk pintu. “ruri!” teriak ibu kecemasan “ibu, ruri jatuh” kata ku sambil tersenyum. Ibu berlari ke arah ku dan memeluk ku degan erat “iya nak, ibu bantu berdiri yaa” tanya ibu sambil menahan tangisnya “ngak apa2 koq bu, ruri bisa berdiri sendiri” sahut ku degan cepat, aku melihat ayah muncul di pintu “loch ayah koq belum berangkat, nanti kesiangan loch” kataku mencoba mengoda. Tapi beliau mengahmpiriku dan berkata “kita kerumah skit yaa nak” tawar ayah ku “ ngak usah yahh, ayah kan sibuk.nanti malah mengganggu pekerjaan ayah. Ibu dan ayah jangan khawatir, ruri masih kuat koq” jawabku sambil terdenyum. Mereka saling padang lalu mengganguk. “kalau ada apa2 panggil ibu dan ayah ya ruri” sambil berkata seperti itu mereka  pergi dengan tatapan khawatir. Ketika mereka meninggalkan aq sendirian, aku hanya menanggis dalam diam dan tanpa suara.
                setelah sekuat tenaga untuk mandi akhirnya tiba saat aku akan di jemput oleh arya. Katanya dia akan membawa aku ke suatu tempat. Aku menunggu degan manis di ruang tamu dengan gaun putih kesukaan ku. Aku juga menggunakan sapatu highheel putih hadiah pemberian arya saat ultah ku yang ke 17. Aku mendengar suara mobil arya di depan rumah, cepat aku berdiri dan berjalan di depan pintu dengan anggunnya’. Aku membuka pintu, aq langsung di sambut degan  senyum arya yang penuh isyarat tanda cinta. aku pun ikut tersenyum melihatnya begitu tampan hari ini.
“sudah siap”
aku hanya menjawabnya dengan senyuman
arya membukakan pintu mobil untuk ku
“silahkan putri ruri”
“trimakasih” jawabku
arya menyetir mobil degan sangat tenang, kami tidak saling bicara. Rasanya sanggat canggung
“kita akan kemana?” tanya ku pada arya
“ke tempat dimana kamu bisa mencari jawabanmu” jawab arya dengan tenang
aku menatapnya dengan heran, saat aku akan menyahut tiba2 kepala ku pusing sehingga q urungkan niatku untuk bicara.
                setiabanya kami di tempat yang belum pernah aku datangi, “bukakah ini panti asuhan?” tanya ku penuh keheranan. “iya, disinilah kau bisa temukan jawaban mu. Jawaban ini bukti nyata dari tuhan atas jawabanmu.” Arya menjelaskan semuanya . “lalu apa jawabannya?” tanya ku l;agi pada arya “jawabannya adlah anak2 panti asuhan ini “ terang arya lagi, “maksudnya apa?” tanya ku lagi “mereka hidup disini tanpa orng tua, mereka menunggu sampai ada dermawan yang mau mengadopsinya sebagai anak. Meski tumbuh tanpa tau siapa orng tua mereka, tak pernah mereka tunjukan kesedihan mereka. Yang mereka tau msih ada hri esok yang hrus mereka jalani kembali tanpa orng tua di sisi mereka. Tujuan hidup mereka juga hanya ingin melihat orang bahagia meski mereka harus menderita mereka jadi kan penderitaan itu sebagai orang tua mereka yang akan terus merawat mereka sampai mati. Yang terpenting mereka harus hidup dan terus hidup untuk melihat kebahagiaan orng lain menjadi kebahagian mereka” aku terpana hingga terharu. Sedu sedan tangis yang ku keluarkan lalu aku tersenyum ketika anak panti asuhan itu mengajak ku bermain, mereka cepat akrab deganku. Mereka sangat manis, mereka seperti malaikat bagiku. Aku melihat arya di pinggir taman, aku pun menghampirnya lalu aku berkata degan tiba2 “ aku mencintaimu ...arya” ucapku sambil tersenyum, dia terlihat kaget tapi selang beberapa detik dia memeluk ku “aku lebih mencintamu..... ruri” bisik arya
“terimakasih untuk cintamu yang indah ini arya, ini akan jadi yang paling indah di hidupku. Kau tau arya jawaban tuhan yang sebenarnya adalah kamu arya.” Ucapku sambil melepaskan pelukannya “dan kau adlah sebuah pertanyaan bagi ku selama ini”
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar